SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH ORANG YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN "CAHAYA AS-SALAM" 'KITAB, AL-QURAN, HADITS, OASE ISLAM, BLOG TUTORIAL '

Jumat, 27 Februari 2009

Jangan Menjadi Manusia Spon

Jumat 06 Februari 09
Materi Khutbah Jumat Masjid At-Taqwa SMA Taruna

KHUTBAH PERTAMA:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ... يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ . قَال رَسُوْلُ اللَّهِ (ص) :
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Di antara adab menuntut ilmu sebagaimana diungkapkan oleh para ulama adalah bahwa seorang penuntut ilmu itu jangan sampai menjadi spons. Maksudnya adalah bahwa penuntut ilmu itu jangan mengambil sembarang ucapan dan informasi apa saja yang masuk ke telinganya, ibarat spons yang menyerap cairan apa saja tanpa pandang bulu. Jangan sampai telinga dan hati kita, kita jadikan keranjang sampah yang menerima apa pun yang dilemparkan orang. Sebab hati kita sangatlah lemah dan rapuh, mudah goyah dan gampang terbolak balik sesuai namanya: الْقَلْبُ (hati) yang berasal dari akar kata قَلَبَ – يَقْلِبُ yang arti dasarnya adalah membolak atau membalik.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Terkait dengan masalah informasi dari pihak lain, Allah telah berfirman memperingatkan kita agar melakukan tabayun, cek dan recek terhadap sebuah berita.
Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa menge-tahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Al-Hujurat: 6).

Sebuah perumpamaan Islami telah memperingatkan kita agar jangan menjadi seperti "hathibul lail" (pencari kayu bakar di kege-lapan malam), yang tidak bisa membedakan antara kayu dengan yang lainnya, apa saja yang dia dapat dia ambil, apa saja yang dia pegang dia sangka kayu bakar, bahkan ular sekalipun dianggap sebagai kayu bakar yang ketika dia memegangnya justru menggi-gitnya dengan bisanya.

Namun hendaknya kita menyikapi dan menerima informasi dengan panda-ngan yang terang dan jernih, kita lihat dan kita teliti terlebih dahulu, apakah benar atau tidak, apakah haq atau batil, apakah kebaikan atau keburukan. Inilah sikap yang seharusnya kita pegang, jangan sampai kita terpedaya dengan kemasan kata, jangan sampai kita tertipu dengan bungkus semata tanpa melihat apa isi dalamnya.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kalau demikian, maka kita mungkin akan bertanya-tanya, "Ucapan siapakah yang paling berhak untuk diambil?" Jawaban untuk pertanyaan di atas sangatlah jelas, yaitu Kita-bullah dan Sunnah Nabi , yang keduanya merupakan petunjuk jalan, obat penyakit hati, dan santapan ruhani yang paling berman-faat yang dapat membuat hidup hati manusia. Tentu sudah terlalu sering kita mendengarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan senantiasa diulang-ulang oleh para khatib atau penceramah dalam mukaddimahnya,

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ

"Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam." (HR. Muslim).

Inilah ucapan yang paling berhak untuk diambil dan dipegang secara mutlak, inilah yang paling layak untuk didengarkan dan di-taati, dan inilah yang harus dijadikan sumber pengambilan ilmu. Jika seseorang enggan dengan Kitab Allah dan Sunnah RasulNya dan mengesampingkan keduanya, maka pasti akan menemui kege-lapan dalam menempuh jalan hidupnya. Dia pasti akan mengisi hatinya dengan selain keduanya, akan mengalami kekacauan dalam sikap dan pemikirannya, karena tidak mengambil sumber yang jelas dan terang, tetapi mengambil segala macam sumber dan ucapan manusia tanpa kecuali.
Rasulullah telah mencela orang yang mengambil setiap ucapan lalu menceritakannya begitu saja kepada orang lain apa yang dia dengar itu, tanpa melakukan tabayun. Sabda beliau,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ.

"Cukuplah pada diri seseorang yaitu dia menceritakan setiap apa saja yang didengarnya." (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Selain kitabullah dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, masih ada lagi ucapan yang layak untuk kita jadikan rujukan dalam Agama dan kebaikan. Yaitu ucapan dan pendapat Khulafa` ar-Rasyidin, yang direkomendasikan oleh Rasulullah dengan sabdanya,

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ؛ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.

"Wajib atas kalian untuk berpegang pada Sunnahku dan sunnah Khulafa' ar-Rasyidun yang telah mendapatkan petunjuk (sepeninggalku), gigitlah ia dengan gigi geraham(mu)." (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 16692, Abu Dawud no. 44607, dan Ibnu Majah no. 42, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Sha-hihah, no. 2735 dan lainnya).

Selanjutnya kita juga dianjurkan untuk mengambil ucapan para penerus shahabat dari kalangan tabi'in, tabiut tabi'in dan para ulama umat dari masa ke masa di setiap zamannya, yang menempuh manhaj as-Salaf ash-Shalih tadi. Para ulama adalah pewaris Nabi, maka yang layak disebut ulama adalah yang mempunyai banyak bekal ilmu (warisan) yang bersumber dari Kitabullah dan Hadits Nabi, memahami kalam Allah dan ucapan RasulNya, mengetahui hukum-hukum syariat, dapat mengambil istinbat (kesimpulan) hukum, paham teori dan praktiknya. Kemudian secara umum kita juga mengambil ucapan-ucapan yang baik dari sesama muslim, ucapan yang bermanfaat dan membawa maslahat.

Dari mereka itulah kalau kita ingin mengambil perkataan dan ilmu, bukan dari sembarang orang. Apalagi orang yang tidak jelas akidahnya, tidak jelas manhajnya, tidak diketahui kepada siapa dia mengambil ilmu, tidak perhatian terhadap agama dan syariat, tidak perhatian terhadap halal haram, melakukan kebid'ahan, banyak meninggalkan sunnah Nabi dan banyak melakukan kemak-siatan bahkan dengan terang-terangan melakukannya di muka umum.

Maka sekali lagi, janganlah seorang muslim menjadi spons, yang mengambil nasihat versi iblis, kebaikan dan jalan benar versi Fir'aun atau perbaikan menurut pandangan kaum munafik. Jika se-seorang mengambil semua informasi yang dia dengar, mengambil ucapan semua orang yang baik dan yang buruk, ataupun perkataan-perkataan yang jauh dan tidak sejalan dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, maka ketika dia berbicara pun akan mengeluarkan apa yang selama ini dia serap. Dan akhirnya yang terjadi adalah "dhallu wa adhallu" (sesat dan menyesatkan). Wallahul musta'an, dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Dikutib dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta).
Oleh: Kholif Mutaqin Djawari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar